Breaking News

10 Batas Negara Yang Paling Berbahaya


Batas negara tidak hanya menjadi penanda wilayah kekuasaan suatu negara , tapi juga memiliki sejarah panjang berdirinya negara-negara berdaulat dan independent.

Batas negara ditentukan baik secara letak geografis, perebutan kekuasaan maupun melalui perundingan dan kesepakatan bersama perserikatan bangsa-bangsa. Hal itu dilakukan untuk mencegah konflik berkepanjangan tanpa jalan keluar.

Namun saat ini, masih ada juga batas negara yang sering mengalami konfilk, sehingga dapat dikategorikan sebagai zona berbahaya yang tidak dapat dikunjungi sembarang orang. 

Ada yang dipicu sengketa wilayah, konflik internal, imigrasi illegal sampai dengan kondisi geografis yang memaksa pemerintah setempat harus melarang kegiatan apapun diwilayah tersebut. Berikut ini, 10 Batas Negara Yang Paling Berbahaya.

10. Niger Dan Chad 


Niger dan Chad adalah dua negara yang sama stabilnya, tanpa konflik politik atau lainnya. Meskipun kadangkala juga terjadi penyusupan oleh anggota Mujahidin dan Boko Haram, namun kondisi alam perbatasan antara kedua negara ini, yang dianggap lebih berbahaya.

Terletak diantara gurun sahara dengan Lanskap alam yang mematikan, serta badai gurun yang sering terjadi, mengakibatkan perbatasan ini menjadi perbatasan yang paling sulit dilalui.
 
Tidak sedikit para imigran yang coba melintas perbatasan ini ditemukan tewas akibat kehausan, kelaparan, kelelahan bahkan karena tersesat. 
 
Itu sebabnya perbatasan ini dinilai sebagai salah satu perbatasan antar dua negara yang masuk dalam kategori sebagai perbatasan yang perlu dihindari apalagi untuk tujuan wisata.
 

9. Irak Dan Iran
 

Perang Iran-Irak yang terjadi pada 1980 hingga 1988 merupakan salah satu konflik terparah di Timur Tengah hingga kini.
 
Meskipun tak mengubah batas wilayah secara signifikan, di mana satu pihak dapat menguasai wilayah pihak lain, namun konflik ini menjadi salah satu pendisrupsi utama Iran dan negara-negara Arab hingga kini. 
 
Tak hanya itu, perang ini semakin menegaskan bahwa masalah perbatasan di Timur Tengah tak dapat dianggap sepele. Faktor keberadaan sumber daya alam menjadi salah satu pemicu utama, mengingat sepanjang perbatasan kedua negara hingga Teluk Persia merupakan wilayah kaya minyak dan menjadi ‘aset berharga’ bagi keduanya untuk mendulang pendapatan nasional. 
 
Tak hanya itu, berbagai teknologi perang digunakan secara luas dalam perang ini, seperti bom pintar, ranjau darat, senjata kimia, dan helikopter tempur. 
 
Hingga kini, di kawasan konflik perbatasan Iran-Irak masih banyak terdapat ranjau darat peninggalan perang terbesar di Timur Tengah pada abad ke-20, yang sampai hari ini masih mengalami ketegangan di kedua belah pihak.
 
8. Pakistan Dan India


Sejak bulan Juli 2016, protes dalam skala besar telah terjadi di negara bagian India di Jammu dan Kashmir terhadap pemerintah India setelah pembunuhan militan Hizbul Mujahidin yakni Burhan Wani oleh pasukan India, dimana lebih dari 80 warga sipil tewas dalam protes tersebut dan lebih dari 1000 orang terluka, termasuk lebih dari 3000 orang pasukan keamanan.
 
Pakistan mengkritik penggunaan kekuatan India terhadap Kashmir, sementara India menuduh Pakistan menghasut ketegangan.
 
Pada tanggal 18 September, 17 tentara Angkatan Darat India tewas seketika ketika kelompok militan tak dikenal menyerang sebuah pangkalan militer dekat kota Uri, di Jammu dan Kashmir. 
 
Dua tentara lainnya kemudian meninggal karena luka-luka mereka. India menuduh Jaish-e-Muhammad, meskipun tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab. 
 
Hari berikutnya, tentara India mengatakan bahwa mereka telah menunjukkan sikap sangat menahan diri setelah serangan, tetapi berhak untuk merespons "pada waktu dan tempat yang dipilih kami sendiri”.
 
Pengumuman India mengenai klaim serangan pada tanggal 29 September menandakan untuk pertama kalinya bahwa pemerintah telah secara terbuka mengakui pasukannya melintasi Garis Kontrol, di tengah-tengah skeptisisme dan laporan yang meragukan.
 
Pada hari-hari berikutnya, baku tembak antara India dan Pakistan terus terjadi di sepanjang perbatasan di Kashmir. Dan sampai saat ini, kondisi perbatasan Pakistan Dan India masih mengalami ketegangan.

7. Kolombia Dan Ekuador


Perbatasan Negara Kolombia dan Ekuador bukan berbahaya karena adanya campur tangan militer. Tapi karena adanya pemberontak FARC, yaitu kelompok separatis yang melakukan perdagangan obat-obatan terlarang. 

Kemunculan  dari  kelompok  pemberontak  FARC sendiri berawal dari kesenjangan sosial yang terjadi dimasyarakat. Menurut David Bushnell dalam Handbook Series ofColombia a Country Studies, Chapter 1 Historical Setting: Early Colombia(Bushnell, 2010: 4-6) disebutkan bahwa kesenjangan sosial yang terjadi di Kolombia telah muncul sejak  kehadiran  bangsa  Eropa  khususnya  Spanyol  yang  kemudian  memiliki  sebagian  besar pengaruh  di  bidang  politik,  kesejahteraan  ekonomi,  dan  penghormatan  sosial  di  masyarakat. 

Sedangkan  penduduk  asli  atau   yang  biasa  disebut  dengan  Amerindian  (American-Indian) kemudian terpinggirkan dan mengalami degradasi sosial di lingkungannya yaitu dengan dijadikan bawahan   bagi   para   penjajah. 

Hal ini kemudian  menjadi  salah  satu faktor  pemicu  yang  melatarbelakangi kemunculan  kelompok  pemberontak  FARCpada  tahun 1960an dan selanjutnya berpengaruh terhadap kondisistabilitas di Kolombia, khususnya diperbatasan antara kolombia dan Ekuador.

6. India Dan China


Pada perjanjian antara kedua negara pada 1996 melarang penggunaan senjata dan bahan peledak di area Garis Kendali Aktual (LAC), yaitu di kawasan perbatasan yang disengketakan, meskipun sebelumnya kedua pasukan telah beberapa kali bentrok di sana.

Menurut media pemerintah China, Global Times, pasukan India "secara ilegal melintasi LAC menuju wilayah pegunungan Shenpao di dekat tepian Danau Pangong Tso bagian selatan", mengutip juru bicara PLA, Zhang Shuili.

Sedangkan India mengatakan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China mencoba mendekati posisi terdepan tentara India dan memuntahkan sekian peluru ke udara untuk mengintimidasi pasukannya sendiri. 

Upaya perundingan yang sudah beberapa kali digelar dalam tiga dekade terakhir gagal menyelesaikan sengketa perbatasan sampai saat ini.

5.  Korea Utara Dan Korea Selatan


Pembagian Korea menjadi Korea Utara dan Korea Selatan bermula sejak kemenangan Blok Sekutu di dalam Perang Dunia II, mengakhiri 35 tahun Penjajahan Jepang atas Korea.

Sejak pembagian Korea, terdapatt banyak kejadian penyusupan dan penyerbuan lintas perbatasan oleh agen-agen Korea Utara, meskipun pemerintah Korea Utara tidak pernah mengakui pertanggungjawaban secara langsung atas segala insiden itu. 

Keseluruhannya ada 3.693 agen Korea Utara bersenjata yang telah disusupkan ke dalam Korea Selatan antara tahun 1954 sampai 1992, dengan 20% darinya muncul antara 1967 dan 1968. 

Perang Korea (1950-1953) meninggalkan dua Korea yang dipisahkan oleh Zona Demiliterisasi Korea, yang secara teknis masih menyisakan perang melalui Perang Dingin hingga kini. 

Korea Utara dan Korea Selatan tidak pernah menandatangani perjanjian perdamaian secara resmi dan dengan demikian mereka secara resmi masih berperang, hanya gencatan senjata yang telah dinyatakan.

4. Afganistan Dan Pakistan


Afghanistan dan Pakistan sering kali berseteru karena kedua pihak yang saling tuduh demi melindungi kepentingan militan masing-masing. Bahkan perseteruan ini sempat memanas pada 2017 akibat faktor-faktor tertentu.

Beberapa diantaranya karena, peristiwa bom bunuh diri di Masjid Sufi yang kabarnya dilakukan oleh militan Afghanistan, dan juga persoalan Pakistan. Di mana negara ini memperkuat penjagaan dengan memasang pagar pembatas yang dikawal secara ketat.

Salah satu perbatasan yang turut menjadi perhatian adalah Durand Line. Perbatasan negara paling berbahaya ini sering kali terjadi konflik dan tak jarang memakan korban jiwa.

Bahkan beredar kabar, apabila wilayah tersebut diperburuk dengan munculnya kelompok Al-Qaeda dan Taliban, yang mana wilayah Durand Line dijadikan sebagai markas untuk melakukan serangan balik terhadap Pakistan.

3. Israel Dan Palestina


Konflik Israel-Palestina, bagian dari konflik Arab-Israel yang berlanjut antara bangsa Israel dan bangsa Palestina. Di kedua komunitas terdapat orang-orang dan kelompok-kelompok yang menganjurkan penyingkiran teritorial total dari komunitas yang lainnya.

Sebagian menganjurkan solusi dua negara, dan sebagian lagi menganjurkan solusi dua bangsa dengan satu negara sekuler yang mencakup wilayah Israel masa kini, Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.

Pandangan-pandangan yang sangat berbeda mengenai keabsahan dari tindakan-tindakan dari masing-masing pihak di dalam konflik ini, telah menjadi penghalang utama bagi pencapaian suatu kesepakatan perdamaian di kedua sisi.

2. Rusia Dan Ukraina


Hubungan Ukraina dan Rusia mengalami resesi pada tahun 1920, dimana hubungan antara kedua negara tersebut berubah dari hubungan internasional menjadi hubungan dalam negeri Uni Soviet.

Pada 10 Februari 2015, Verkhovna Rada (parlemen Ukraina) mengusulkan untuk menghentikan hubungan diplomatik dengan Rusia. 

Meskipun hal ini tidak terjadi, diplomat Ukraina Dmytro Kuleba meyatakan di awal April 2016 bahwa hubungan diplomatik tersebut memburuk hingga hampir terhenti.

Duta besar Ukrania untuk Rusia telah ditarik oleh pemerintah Ukraina sejak Maret 2014. Hubungan antara kedua negara tersebut sangatlah rumit dan sejak 1991 hubungan kedua negara tersebut mengalami masa-masa ketegangan dan kecurigaan hingga saat ini.

1. Yaman Dan Arab Saudi


Konflik perbatasan antara kedua negara terjadi pada 2015.Sebuah konflik bersenjata pecah antara pasukan Arab Saudi dan gerilyawan Houthi di perbatasan.

Kelompok Houthi dibentuk guna mendukung demokrasi dan ingin menentang korupsi. Akan tetapi lambat laun, kelompok ini menciptakan ideologi tersendiri yang justru mengarah ke arah kekerasan, dan mengancam pemerintahan Arab Saudi maupun Yaman.

Tidak sedikit konflik yang dibuat oleh kelompok Houthi tersebut. Beberapa diantaranya seperti konflik perbatasan antara Arab Saudi dan Yaman pada 2015, peristiwa penembakan 70 rudal dan mortir hingga memakan korban jiwa sebanyak 10 orang tentara Saudi pada 2016, dan peristiwa peluncuran rudal di Riyadh pada 2017.

Pada 2016, pasukan Yaman menembakkan 70 rudal dan mortir yang menewaskan 10 tentara Saudi. Pada 2017, pemberontak Houthi yang didukung Iran meluncurkan rudal yang mengenai Riyadh. Ribuan nyawa telah hilang karena konflik perbatasan antara kedua negara.


Sumber Referensi :
www.researchgate.net
www.cekaja.com