10 Hal Yang Sebenarnya Bukan Seni
Seni dapat dikatakan sebagai ungkapan suatu ekspresi tak nyata, menjadi karya yang mengandung pesan abstrak. Seni tak lepas dari bagaimana seseorang menentukan dengan metode apa ia berekspresi, dan berimajinasi.
Kecenderungan dalam memilih suatu objek atau saranapun berbeda, tergantung pada keinginan dan kemampuan alami seseorang.
Tapi, pola pikir seseorang dalam memahami seni nampaknya berbeda-beda. Berikut 10 Hal Yang Sebenarnya Bukan Seni.
1. Fottografi

Beberapa hasil karya fottografer ternama, dinilai langka dan direferentsikan sebagai suatu karya seni. Ini terkesan seperti dibuat-buat atau dipaksakan.
Terlepas dari bagaimana seorang fottografer mengabadikan sebuah momen, fottografi hanyalah suatu rekaman peristiwa, atau dokumentasi yang memiliki sumber masalah.

Seni dalam metafora, suatu gambaran yang mencerminkan pola pikir creator. Lain halnya dengan makeup yang trend dengan istilah seni. Karena tak lebih dari sekedar dekorasi wajah, atau peningkatan kualitas visual tubuh.
3. Animasi

Animasi hanya memainkan unsur seni. Menghadirkan suatu yang menyerupai ungkapan dalam gambaran ilusi, menjadikan sebuah produk yang kreatif.

Memanajemen suatu situasi, bukanlah sebuah seni, tapi merubah citra dan nuansa.Menyesuaikan segala unsur dengan tema tertentu.
Segala hal menyangkut dekorasi tidaklah bebas, seperti halnya seni, namun bersifat tetap dan mengikat. Karena gambaran suatu seni bisa saja berubah menjadi kritis atau filosifi.

Bukanlah sebuah seni jika itu sekedar menyempurnakan suatu objek yang dianggap tidak sempurna, atau dengan maksud dan tujuan tertentu.

Mengembangkan kreatifitas pada sebuah objek, terkesan menyerupai seni. Namun tidak semuanya. Karena fashion memiliki citra yang bertolak belakang dengan seni.
Fashion trend, dominan pada kultur, yang berkolaborasi dengan design. Memiliki tujuan menghadirkan pola yang sama, dan terus menerus diperbaharui. Sedangkan seni adalah, murni, mewakili citra para seniman.

Beberapa jenis asitektur, mengandung unsur grafis yang bahkan dianggap bernilai seni yang tinggi. Sama halnya dengan budaya, arsitektur ibaratnya adalah sebuah kain yang digunakan untuk membuat corak batik. Arsitektur tak ubahnya sebuah konsep sistematis yang kreatif.
Dasar dan pengembangan seni, kebetulan dihadirkan pada konsep arsitektural. Sehingga mewakili seni rupa dengan dasar arsitektur, dan seakan menjadi sebuah karya baru yang fenomenal.

Beberapa kaligrafi dan sastra yang terkandung dalam kitab suci, mewakili pesan seni. Faktanya, jika Tuhan dikatakan sebagai seniman, tentu saja!, karena segala hal mengenai ciptaan merupakan kreasi yang sempurna.
Akan tetapi, agama tidak ada kaitannya dengan seni, karena konsep yang terkandung dalam ajaran agama adalah kepatuhan. Begitu juga dengan prilaku agamais, yang ibaratnya suatu ekspresi seseorang yang kagum dan terobsesi akan sebuah karya seni.

Paradigma yang mengatakan bahwa budaya adalah seni, sebenarnya cukup kompleks dengan citra seni yang dominan ada, dan lahir pada budaya-budaya tertentu.
Prinsip budaya ibaratnya sebuah rumah, dan seni sebagai bagian dari propertinya. Tidak semua hal yang terkandung dalam budaya adalah seni, dan tidak semua seni, mengandung unsur budaya.
1. Sex
Belakangan ini sex sudah dianggap sebagai suatu seni, yang kompleks dengan berbagai pesan miris. Diberbagai negara, mulai diakrabkan dalam festival dan ajang pagelaran, pameran, kontes, pertunjukan, bahkan pemecahan sebuah rekor.
Sex sebenarnya sudah sering dilibatkan dalam berbagai film dan teatrikal. Dimana, sex sering dikaitkan dengan seni peran. Dan menuntut totalitas peran seorang artis yang dianggap professional.
Tak jarang film bergendre romance, menampilkan adegan sex sungguhan agar film tersebut terlihat semakin nyata.
Persepsi sex, sering dikaitkan dengan seni karena mengandung unsur eksplorasi karakter. Tetapi faktanya, sex hanya mewakili semacam ekspresi tanpa fenomena. Dimana kesukaan alami dan ketertarikan emosi, menjadi pendorong gagasan sex menjadi sebuah seni.
‘’Jika semua hal didunia ini dikatakan seni, maka semua orang adalah seniman’’.

Sex sebenarnya sudah sering dilibatkan dalam berbagai film dan teatrikal. Dimana, sex sering dikaitkan dengan seni peran. Dan menuntut totalitas peran seorang artis yang dianggap professional.
Tak jarang film bergendre romance, menampilkan adegan sex sungguhan agar film tersebut terlihat semakin nyata.
Persepsi sex, sering dikaitkan dengan seni karena mengandung unsur eksplorasi karakter. Tetapi faktanya, sex hanya mewakili semacam ekspresi tanpa fenomena. Dimana kesukaan alami dan ketertarikan emosi, menjadi pendorong gagasan sex menjadi sebuah seni.
‘’Jika semua hal didunia ini dikatakan seni, maka semua orang adalah seniman’’.